Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google
EksisPTC

Kamis, 26 Agustus 2010

Sejarah Cleopatra

Moyang Cleopatra, Dinasti Ptolemy memerintah Mesir pasca wafatnya
Alexander Agung, Kaisar Makedonia. Cleopatra anak ketiga dari Raja
Mesir Auletes yang bergelar Ptolemy XII. Raja ini terkenal dengan
sebutan The Flute Player. Untuk mendapatkan dukungan dalam memegang
tampuk pemerintahannya, Ptolemy harus sering mondar-mandir ke Roma.
Pemerintah Romawi adalah lintah darat kala itu, hingga mereka minta
bayaran 10.000 talen sebagai imbalan jasa. Jumlah itu dua kali lipat
APBN Mesir. Ptolemy memang tak punya banyak pilihan. Apalagi negeri
yang ditinggalkan sedang menghadapi banyak masalah.

Si sulung Tryphaena, merebut kekuasaan dan tampil jadi ratu. Merasa
memiliki hak yang sama, Berenice sang adik, tega membunuh kakaknya
agar bisa naik takhta. Beberapa waktu kemudian, Ptolemy pulang dan
dengan bantuan Romawi membunuh anaknya sendiri untuk dapat merebut
kembali tampuk kekuasaan.

Mestinya, sepeninggal Ptolemy XII tahun 51 SM, kerajaan diwariskan
kepada Cleopatra (18) yang saat itu sudah dijodohkan dengan Ptolemy
XIII , saudaranya sendiri (sesuai dengan UU Mesir kala itu). Masa itu
negeri Mesir gagal panen dan dilanda paceklik panjang. Namun Pothinus,
orang kasim istana, muncul mengambil alih kekuasaan. Mengaku sebagai
wali dari Ptolemy XIII yang kala itu baru 12 tahun, ia mengusir
Cleopatra ke luar benteng kraton.

Pada waktu yang sama, di Roma sedang terjadi perebutan pengaruh di
antara anggota triumvirat - Caesar, Pompei, dan Crassus - untuk
memegang tampuk pemerintahan. Dalam pergolakan itu, Caesar berhasil
memukul mundur prajurit Pompei yang kemudian mengungsi ke Mesir.

Situasi ini dengan cerdik dimanfaatkan Cleopatra. Tak sulit baginya
bersekutu dengan Caesar. Plutarch melukiskan betapa kreatif dan
uniknya Cleo yang sengaja membungkus tubuhnya dengan selimut, untuk
menjaga kerahasiaan pertemuannya dengan Caesar. Akhirnya, Cleopatra
memperoleh kembali takhta kerajaan dan Mesir tidak perlu bayar utang
kepada Roma.
Dengan pengaruhnya itu pula ia "memakai" Caesar untuk menumpas
pemberontakan sekelompok prajurit Mesir yang tidak puas dengan
pemerintahannya. Sejarah mencatat, perang saudara ini sempat
membumihanguskan perpustakaan negara di Alexandria dan melahirkan
misteri tewasnya Ptolemy XIII di Sungai Nil.

Cleopatra memperoleh anak dari hubungannya dengan Caesar yang diberi
nama Ptolemy Caesar, dipanggilnya Caesarion. Ia membawa anak itu ke
Romawi tahun 46 SM. Hingga akhirnya dia kembali ke Mesir dengan
menelan kekecewaan ketika Caesar tidak memilih Caesarion sebagai
pewaris takhta, tetapi memutuskan Octavian, cucu laki-laki saudaranya.
Putus sudah harapan Cleo menancapkan pengaruhnya di Romawi. Dalam
keputusasaan ia pulang ke Mesir.

Sesudah Caesar dibunuh dia pun merayu Jendral Roma, Mark Antony, salah
satu jenderal paling berpengaruh di Roma. Rayuan berhasil, Mark Antony
menikahi Cleopatra meski sebenarnya ia telah memiliki istri Octavia
Minor. Dari pernikahan itu lahir anak bernama Ptolemeus Philadelphusaa
yang kemudian menjadi penguasa Phoenicia, Suriah, dan Sisilia.
Cleopatra mendapat gelar "Ratu atas Raja".

Sikap Anthony dipandang buruk oleh Romawi dan Octavian meyakinkan
senat untuk berperang dengan Mesir. Pada tahun 31 SM, pasukan Anthony
menghadapi serangan armada Romawi di pantai Actium. Mesir kocar kacir,
Antony melakukan aksi bunuh diri dengan menusukan pedangnya pada
tanggal 12 Agustus 30 SM. Cleopatra pun menyusul, bunuh diri juga.
Ada beberapa versi dari kisah bunuh diri Cleopatra. Ada yang menyebut
dia sengaja memasukkan tangannya ke keranjang berisi ular cobra
berbisa agar dipatuk, tapi ada juga yang menyebut ular cobra itu
mematuk payudaranya. Entah mana yang benar.
Dari berbagai cerita dikisahkan kecantikan Cleopatra kesohor ke
seluruh dunia. Ia juga dikenal 'ahli' memperdayai lawan jenisnya. Tak
kurang dari Kaisar Roma, Julius Caesar, bertekuk lutut di hadapannya.


0 komentar:

Posting Komentar