Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google
EksisPTC

Minggu, 18 November 2012

Misteri Rumah Hantu AmityVille

Pada Desember 1975, George dan Kathleen serta anak-anak mereka pindah ke sebuah rumah di 112 Ocean Avenue, sebuah rumah besar bergaya kolonial Belanda di Amityville, sebuah lingkungan di pinggiran kota di selatan Long Island, New York.
Tigabelas bulan sebelum keluarga Lutz pindah, Ronald DeFeo, Jr., pemilik sebelumnya, telah menembak mati enam anggota keluarganya di rumah itu. Setelah 28 hari keluarga Lutz tinggal dirumah itu, mereka mulai merasakan hal-hal aneh dengan rumah tersebut.
Bagian ini berdasarkan buku yang ditulis oleh Jay Anson, 1977, The Amityville Horror – A True Story.

Jay Anson (1921-1980), adalah penulis The Amityville Horror
Rumah bernomor 112 di Ocean Avenue telah kosong selama 13 bulan setelah DeFeo membunuh anggota keluarganya, hingga pada Desember 1975 keluarga Lutz membeli rumah tersebut seharga $80.000. Rumah yang memiliki enam kamar tidur ini dibangun dengan gaya kolonial Belanda, dan memiliki atap yang melengkung. Rumah ini dilengkapi dengan kolam renang dan sebuah rumah tempat penyimpanan kapal. George dan Kathy telah menikah pada bulan Juli 1975 dan mempunyai rumah mereka sendiri, namun ingin memulai kembali dengan memiliki rumah baru. Kathy mempunyai tiga anak dari pernikahan sebelumnya, Daniel (9), Christopher (7), dan Melissa alias Missy (5). Mereka juga memiliki seekor anjing Labrador yang diberi nama Harry. Selama pengecekkan mereka saat akan membeli rumah tersebut, oleh agen mereka telah diberitahukan mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh DeFeo, namun mereka menganggap hal itu bukanlah masalah.

Keluarga Lutz pindah kerumah tersebut pada 18 Desember 1975. Sebagian besar mebel dari keluarga DeFeo masih ada, karena semuanya termasuk dalam kesepakatan jual beli. Seorang teman George Lutz telah mempelajari tentang masa lalu sejarah rumah tersebut, dan mendesak agar mereka melakukan pemberkatan. Namun mereka tidak mengerti cara-caranya. George mengenal seorang Pendeta Katolik yang bernama Bapa Ray, dan ia bersedia untuk melakukan pemberkatan. (Dalam buku Anson disebutkan nama Pendeta tersebut adalah Bapa Mancuso. Hal ini dilakukan untuk menjaga privasi Pendeta tersebut, nama aslinya adalah Bapa Ralph J. Pecoraro).
Bapa Mancuso adalah seorang pengacara, imam Katolik, dan seorang psikoterapi yang tinggal di Sacred Heart Rectory. Ia tiba untuk melaksanakan berkat pada sore hari tanggal 18 Desember 1975 disaat George dan Kathy sedang membongkar barang-barang mereka. Ketika ia mengibaskan air suci yang pertama dan mulai untuk berdoa, ia mendengar suara dengan jelas yang mengatakan”Keluar!” – “Get out!”. Disaat meninggalkan rumah tersebut, ia tidak menceritakan kejadian itu kepada George maupun Kathy. Pada 24 Desember 1975, Bapa Mancuso menelepon George Lutz dan menasihatkan agar dia tidak menggunakan ruang dimana ia telah mendengar suara yang aneh tersebut. Ruang ini adalah ruangan yang direncanakan Kathy digunakan sebagai ruang jahit, dan tadinya adalah kamar tidur Marc dan Yohanes Matthew DeFeo. Percakapan telepon terputus secara tiba-tiba, dan kunjungan berikutnya ke rumah tersebut mengakibatkan Bapa Mancuso menderita demam tinggi dan pada lengannya dijumpai tanda yang mirip dengan tanda stigmata.
Pada mulanya, George dan Kathy Lutz tidak merasakan hal yang aneh dengan rumah mereka. Namun kemudian, mereka merasa bahwa “masing-masing dari mereka tinggal di suatu rumah yang berbeda”.
Sebagian dari pengalaman keluarga Lutz diuraikan sebagai berikut:
  • George selalu terbangun sekitar pukul 03:15 setiap paginya, dan kemudian keluar ke rumah tempat penyimpanan kapal. Waktu tersebut diperkirakan adalah waktu dimana DeFeo membunuh anggota keluarganya.
  • Rumah mereka selalu diganggu oleh segerombolan lalat di setiap musim dingin.
  • Kathy mendapat mimpi buruk tentang pembunuhan dan saat dimana ia melakukan persetujuan pembelian rumah tersebut. Anak-anak mereka juga mulai tertidur dengan terlungkup, posisi yang sama saat mayat DeFeo ditemukan.
  • Kathy merasakan seolah-olah “sedang dipeluk” dengan penuh kasih oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat.
  • Kathy menemukan sebuah ruang kecil yang tersembunyi (sekitar empat kaki) di belakang basement. Dindingnya bercat merah dan ruangan itu tidak tampak didalam denah rumah. Ruangan itu kemudian dikenal dengan nama “The Red Room”. Ruangan ini memiliki pengaruh terhadap anjing mereka Harry, yang selalu menolak untuk mendekat dan selalu berjongkok seolah-olah merasakan sesuatu yang negatif.
  • Ada udara dingin, bau parfum dan kotoran didalam rumah, dimana tidak terdapat saluran udara atau jalur bagi sumber tersebut.
  • Putri mereka yang berumur lima tahun, Missy, mengisahkan teman imajinasinya yang bernama “Jodie” yang memiliki mata yang sangat merah.
  • George selalu dibangunkan oleh bunyi bantingan pintu depan. Ia akan segera ke lantai bawah dan menemukan anjing mereka tertidur dengan suara keras didepan pintu. Tidak ada orang lain yang mendengar suara itu kecuali dia.
  • George mendengar apa yang diuraikan sebagai “Marching band Jerman” atau suara seperti radio yang tidak di setel dengan frekuensi yang tepat. Namun ketika ia ke menuju lantai bawah, suara gaduh akan berhenti.
  • George disadari bahwa ia memiliki kemiripan kuat dengan Ronald DeFeo, Jr., dan mulai bermabukan di The Witches’ Brew, bar dimana DeFeo adalah salah seorang pelanggannya.
  • Ketika mengecek tempat penyimpanan kapal pada suatu malam, George melihat sepasang mata merah yang sedang memperhatikan dia dari jendela kamar tidur Missy. Ketika ia pergi keatas untuk melihatnya, ia tidak menemukan apa-apa. Kemudian disimpulkan bahwa itu adalah “Jodie”.
  • Ketika ditempat tidur, Kathy mendapatkan bekas merah didadanya disebabkan oleh suatu kekuatan tak terlihat, dan ia diangkat sekitar dua kaki dari tempat tidurnya.
  • Kunci, jendela, dan pintu rumah dirusakkan oleh suatu kekuatan yang tak terlihat.
  • Terdapat belahan kuku binatang yang besar di salju yang kemudian dihubungkan dengan seekor babi besar pada 1 Januari 1976.
  • Dari dinding aula dan lubang kunci dari pintu kamar bermain yang ada di loteng keluar lumpur yang berwarna hijau.
  • Sebuah salib 12 inchi yang digantung Kathy di kamar kecil ditemukan terpasang terbalik dan menyemburkan bau.
  • George tersandung oleh sebuah keramik singa Tiongkok yang memiliki tinggi sekitar empat kaki, yang kemudian meninggalkan bekas gigitan pada salah satu mata kakinya.
  • George melihat Kathy berubah menjadi seorang wanita tua yang berumur sekitar 90-an, “dengan rambut acak-acakan, muka dengan kerutan dan berbentuk buruk, dan air liur yang menetes dari mulutnya yang ompong”.
Setelah memutuskan bahwa ada yang tidak beres dengan rumah mereka, yang tidak dapat dijelaskan secara rasional, George dan Kathy Lutz melaksanakan suatu pemberkatan dengan cara mereka sendiri pada 8 Januari 1976. George memegang sebuah salib yang terbuat dari perak selagi kedua-duanya membacakan Doa Para Raja, dan dari ruang tamu mereka, menurut dugaan banyak oang terdengar suara paduan suara yang meminta agar mereka berhenti: “Will you stop!”.
Di pertengahan Januari 1976, dan setelah usaha pemberkatan yang dilakukan oleh George dan Kathy, mereka mengalami kejadian yang kemudian menjadi malam terakhir mereka berada di rumah itu. Keluarga Lutz menilai bahwa segala kejadian yang terjadi sebagai sesuatu yang sangat menakutkan, “too frightening”.
Setelah berkonsultasi dengan Bapa Mancuso, mereka memutuskan untuk mengambil beberapa barang kepunyaan mereka dan memutuskan untuk tinggal di rumah ibu Kathy di dekat Deer Park, New York. Pada 14 Januari 1976, George dan Kathy Lutz bersama ketiga anaknya dan anjing mereka Harry, meninggalkan rumah dan meninggalkan banyak barang dibelakang rumah tersebut. Hari berikutnya, seorang tukang ditugaskan untuk memindahkan barang-barang untuk dikirim ke keluarga Lutz. Ia melaporkan ada fenomena yang tidak normal didalam rumah itu.


George dan Kathy Lutz dikelilingi dengan berbagai media yang mengulas kasus mereka

Buku ini ditulis setelah Tam Mossman, seorang editor di penerbit Prentice Hall yang mengenalkan George dan Kathy Lutz kepada Jay Anson. Mereka tidak bekerja secara langsung dengan Anson, namun disampaikan melalui rekaman tape yang berdurasi sekitar 45 jam, yang kemudian menjadi dasar bagi penulisan buku ini. Diperkirakan penjualan buku ini mencapai sepuluh juta kopi dari beberapa edisi. Anson dikatakan mengambil dasar judul bukunya “The Amityville Horror” dari “The Dunwich Horror” karangan H.P. Lovecraft yang diterbitkan pada tahun 1929.
Cerita “The Amityville Horror” dilanjutkan dengan seri buku yang dibuat oleh John G. Jones. Seri-seri tersebut adalah The Amityville Horror Part II (1982), Amityville – The Final Chapter (1985), Amityville – The Evil Escapes (1988) dan Amityville – The Horror Returns (1989).
Pada 1991, “Amityville – The Nightmare Continues” yang ditulis oleh Robin Karl diterbitkan.
Kritikan
Sebagian besar kontroversi yang melingkupi “The Amityville Horror” dapat ditelusur balik dengan cara melihat penjualan buku ini dari tahun ke tahun. Cover dari buku ini menunjukkan bahwa ditulis berdasarkan kisah nyata, berdasarkan pada peristiwa variabel. Sebuah komentar dari Los Angeles Times diperlihatkan di depan cover: “A FASCINATING, FRIGHTENING BOOK… THE SCARIEST TRUE STORY I HAVE READ IN YEARS”, dan dibawahnya dituliskan:”MORE HIDEOUSLY FRIGHTENING THAN THE EXORCIST BECAUSE IT ACTUALLY HAPPENED!” Tulisan ini menjelaskan bahwa buku ini lebih mengerikan daripada film The Exorcist karena berdasarkan kisah nyata. The Exorcist adalah sebuah film laris di tahun 1973 yang menceritakan kebiasaan lama di tahun 1970-an, yakni pengusiran setan atau roh jahat. Banyak peristiwa dari buku ini yang mirip dengan model cerita film The Exorcist, hal inilah yang menyebabkan munculnya kecurigaan. Joy Anson menjelaskan bahwa “Ada banyak bukti sederhana yang menguatkan, yang mendukung pernyataan keluarga Lutz atas peristiwa ini”, namun sebagian orang masih tidak percaya. Tidak lama setelah peluncuran buku pada September 1977, para penulis dan peneliti lain mulai mempelajari peristiwa di 112 Ocean Avenue, dan kesimpulan yang mereka dapatkan sering berselisih dengan yang ada di dalam buku Jay Anson. Perdebatan mengenai “The Amityville Horror” masih terus berlanjut, dan disamping ketiadaan bukti dari sebagian besar cerita, namun ia masih merupakan salah satu cerita horor paling populer di Amerika.

Informasi tambahan
Buku "The Amityville Horror Conspiracy" yang dibuat oleh Stephen dan Roxanne Kaplan, yang mngkritik kejadian yang menimpa keluarga Lutz.

Buku “The Amityville Horror Conspiracy” yang dibuat oleh Stephen dan Roxanne Kaplan, yang mngkritik kejadian yang menimpa keluarga Lutz.
Selama keluarga Lutz tinggal dirumah 112 Ocean Avenue, Stephen Kaplan, seorang ahli vampir, dipanggil untuk menyelidiki rumah itu. Kaplan kemudian menulis sebuah buku kritis berjudul The Amityville Horror Conspiracy bersama istrinya Roxanne Salch Kaplan. Buku ini kemudian diterbitkan pada tahun 1995, dan Stephen Kaplan meninggal dunia disebabkan serangan jantung pada tahun yang sama.
Di malam 6 Maret 1976, rumah tersebut juga diselidiki oleh Ed dan Lorraine Warren, sepasang suami istri yang berprofesi sebagai demonologi, bersama dengan kru dari stasiun televisi Channel 5 New York. Selama penyelidikan dengan menggunakan sinar infra merah, terlihat gambaran yang menurut dugaan adalah seorang anak laki-laki demonic dengan mata menyala.  Rumah itu juga diselidiki oleh seorang parapsikologi, Hans Holzer. Warren dan Holzer berpendapat bahwa rumah tersebut diduduki oleh kekuatan jahat, berkaitan dengan sejarah masa lalu rumah tersebut.
Pada tahun-tahun terakhir, banyak situs yang dibuat untuk “The Amityville Horror”, baik yang mendukung maupun menolak peristiwa itu. Hampir setiap aspek mengenai cerita-cerita tersebut telah diperdebatkan, dan persaingan antara peneliti telah menjadi begitu panjang.
Rumah tersebut masih tersisa hingga kini, tetapi telah diperbaharui dan alamatnya diubah dengan maksud untuk mengelabui wisatawan. Jendela perempat yang terkenal juga telah dihilangkan, dan rumah tersebut menjadi sangat berbeda dari gambaran yang ada dalam filmnya. Rumah di Tom’s River yang dijadikan sebagai lokasi pembuatan film yang pertama juga telah dimodifikasi untuk alasan yang sama. Untuk versi film 1979 dan 2005, rumah tersebut diubah nomorya menjadi 412 Ocean Avenue. Dalam versi film 2005, disebutkan bahwa basement rumah keluarga Lutz itu dibangun tahun 1692, tetapi sesungguhnya rumah di 112 Ocean Avenue – yang juga dikenal dengan nama “Known Hopes” – dibangun sekitar tahun 1924 oleh Yohanes dan Catherine Moynahan.
Otoritas dan penduduk lokal di Amityville tidak begitu senang dengan perhatian orang terhadap “The Amityville Horror”, dan mereka cenderung tidak setuju untuk mendiskusikannya kepada publik.Situs Sejarah Masyarakat Amityville -Amityville Historical Society – juga tidak mancantumkan perihal pembunuhan yang dilakukan oleh Ronald DeFeo, Jr. ditahun 1974, ataupun peristiwa yang terjadi dengan keluarga Lutz saat tinggal dirumah 112 Ocean Avenue. Ketika History Channel akan membuat dokumenter seputar “The Amityville Horror” ditahun 2000, tidak ada masyarakat yang mau menceritakannya di depan kamera.
Sampai sekarang  The Amityville Horror masih menjadi misteri perbincangan masyarakat di Amerika, percaya atau tidak itu adalah hak pandangan masing-masing personal, mungkin bila disamakan dengan di Indonesia kisah ini seperti ‘Rumah hantu pondok indah’ yang saat ini masih menjadi misteri tabu.


Misteri Peradaban Orang Awan

Misteri peradaban kuno Chachapoyas ‘Masyarakat Awan’ di puncak Amazon, Peru. Kota kuno Chachapoyas, negeri orang-orang awan yang hilang ratusan tahun lalu berhasil ditemukan. Sebutan “masyarakat awan” mungkin karena mengacu pada pegunungan andes yang selalu berselimut awan. Kehidupan dan kebudayaan kota kuno yang eksis sejak abad ke-9 ini, sampai sekarang masih misteri dan sulit diungkap karena mereka tidak banyak meninggalkan catatan.
Meski hilang tanpa jejak selama ratusan tahun, namun jejak peradaban kota Chachapoyas yang kini masuk wilayah utara Peru, masih bisa ditemukan. Deretan patung-patung menghadap ke matahari terbit yang terkenal dengan sebutan “prajurit awan” tetap berdiri tegak hingga kini. Patung-patung itu melambangkan keperkasaan masyarakat mereka di masa lalu.
Situs Karija ini dibangun hampir 1 milenium. Sebenarnya itu merupakan kuburan, setiap patung melambangkan tokoh yang di makamkan di sana. Mungkin bisa dibilang mirip dengan situs-situs makam di Tanah Toraja, Sulawesi.
Patung-patung itu terbuat dari clay dan plant matt di mana di dalamnya berisi mumi para tokoh Chachapoyas. Yang uniknya posisi patung berisi mumi itu sangat sulit dijangkau. Entah bagaimana masyarakat pada jaman itu membawa dan menempatkannya di sana. Sebab, telah diteliti, tidak ada jalan yang bisa diakses menuju tempat itu.
Kisah bangaimana kehidupan di Chachapoyas nyaris menjadi misteri karena tempatnya sangat terisolir. Kota kuno Chachapoyas yang hilang ini, ditemukan tahun 2008 di hutan lebat Amazon, yang sangat terisolir, oleh tim ekspedisi arkeologi. Jaraknya sekitar 500 km sebelah timur laut Lima.
Tim arkeologi menemukan benteng-benteng dari batu serta bangunan-bangunan yang berada di tepi jurang, sisa-sisa tembok yang memuat lukisan-lukisan yang di pahat di bebatuan. Mungkin ini dibangun mereka untuk melindungi dari musuh.
Sayangnya, tidak banyak yang tahu tentang keberadaan kota kuno Chachapoyas ini. Hanya sedikit catatan tentang hal itu, termasuk tentang kebudayaan mereka yang berkembang di abad ke-9. Kenyataannya, kota kuno Chachapoyas itu berada di puncak ketinggian. Diduga, kota di ketinggian itu sengaja dikembangkan untuk pertahanan terhadap musuh.
Akan tetapi nasib mereka menjadi tak menentu ketika kekaisaran Inca semakin berkembang dan berhasil menaklukkan mereka 500 tahun lalu. Meskipun bangsa Chachapoyas sempat memberi perlawanan keras, namun kekuatan Inca tak tertandingi. Keberuntungan datang ketika Spanyol datang pada 1535. Sisa-sisa suku Chachapoyas berpihak pada Spanyol untuk berperang melawan suku Inca. Namun kemudian datang penyakit orang Eropa, yakni cacar, yang melenyapkan populasi mereka.
Penulis sejarah Cieza Pedro de León menulis, sosok orang-orang Chachapoyas berkulit putih dan tampan, kaum wanitanya cantik-cantik, itulah sebabnya banyak orang Inca ingin menjadikan mereka istri. Makam tokoh orang-orang awan ini di chullas, di sisi tebing yang dicat dengan atap runcing, khususnya yang ditemukan di Revash. Namun yang paling mengesankan dari peninggalan konstruksi Chachapoyas adalah Kuelap, benteng monumental yang berada 9.500 meter di atas permukaan laut. Bangunan itu bagian luarnya dilindungi oleh batu-batu besar.
Kuelap
Di Kuelap ada sekitar empat ratus gedung yang mungkin ditempati oleh sekitar 3.500 jiwa. Bandingkan dengan bangunan milik bangsa Inca, Manchu Picchu yang terkenal. Kompleks ini (Kuelap) menunjukkan bahwa bangsa Chachapoyas pada 1000 tahun lalu telah mampu membuat suatu yang luar biasa.
Siapa yang tahu, apalagi yang akan ditemukan di pedalaman andes amazon? Semua memang masih misteri, seperti misterius nya Chachapoyas. Minimnya catatan tentang suku Chachapoyas ini memunculkan pesimis apakah bisa menguak kisah “orang-orang awan” ini.


Misteri Harta Karun Pulau Oak

Sebuah harta karun telah terpendam lama di Pulau Oak. Sejak akhir abad ke-17 hingga saat ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk menggali harta karun pulau Oak, namun nihil. Teknologi kuno sekali lagi membuktikan betapa hebatnya apa yang dianggap kuno bisa memperdaya teknologi yang kita sebut ‘modern.’

Awal Penemuan Harta Karun Pulau Oak

Pada suatu hari di musim panas pada tahun 1795, seorang remaja bernama Daniel McGinnis sedang menyusuri suatu daerah di pulau Oak, Nova Scotia. Dia kemudian merasa penasaran dengan suatu permukaan tanah yang terlihat aneh. Permukaan tanah tersebut berbentuk bulat dan lebih rendah dibandingkan tanah di sekelilingnya. Di atas permukaan tanah yang rendah tersebut terdapat sebuah pohon yang rantingnya seperti dipotong untuk membentuk sebuah katrol. Karena pernah mendengar tentang kisah bajak laut di daerah tersebut, McGinnis akhirnya memutuskan pulang dan memanggil teman-temannya untuk mencari tahu tentang dataran tanah yang aneh tersebut.
Beberapa hari kemudian McGinnis bersama dua orang temannya, John Smith (19 tahun) dan Anthony Vaughan (16 tahun), mulai menggali lubang tersebut. Pada kedalaman 2 meter dari permukaan, mereka menemukan sebuah batu ubin besar yang menutupi lubang tersebut. Penggalian kemudian terus dilakukan, dan apa yang mereka dapati selanjutnya, semakin menguatkan dugaan mereka jika sesuatu yang sangat berharga telah disembunyikan di dalam lubang tersebut. Pada kedalaman 10 meter, mereka mendapati sebuah lapisan kayu ek berbentuk gelondongan menutupi lubang tersebut.
Lapisan yang sama juga mereka dapati pada kedalaman 20 meter dan juga pada kedalaman 30 meter, suatu lapisan kayu berbentuk bundar yang seolah menjadi lapisan penutup lubang tersebut. Karena merasa sudah tidak mungkin lagi melanjutkan penggalian untuk ukuran 3 orang remaja, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali pulang dan memikirkan perencanaan yang matang untuk melanjutkan penggalian. Mereka lalu meninggalkan lubang tersebut selama 8 tahun. Waktu tersebut mereka gunakan untuk mencari seseorang atau siapapun yang bisa membantu mereka baik dalam urusan dana maupun peralatan.

Penggalian Lanjutan


Tidak banyak yang dapat mereka temukan dan usahakan hingga sekitar tahun 1802. Pada tahun tersebut Simon Lynds mengunjungi lubang tersebut dan terkesan dengan cerita dari 3 sekawan tersebut. Simeon kemudian membentuk sebuah perusahaan yang khusus untuk menangani penggalian lubang harta karun tersebut. Perusahaan itu bernama Onslow Company.
Dengan bantuan sebuah perusahaan, kedalaman 30 meter yang sebelumnya digali ketiga remaja tersebut dengan susah payah dapat digali kembali oleh tim penggali dengan mudah. Penggalian kemudian dilanjutkan hingga kedalaman 90 meter. Mereka menemukan lapisan pelindung lainnya setiap kedalaman 10 meter.
Pada kedalaman 40 meter, sebuah lapisan arang menutupi lubang tersebut, pada lapisan 50 meter sebuah lapisan dempul, dan pada kedalaman 60 meter sebuah lapisan serat kelapa yang menjadi lapisan penutup. Pada kedalaman 90 meter (versi sejarah lain mengatakan pada kedalaman 80 meter), tim penggali menemukan suatu petunjuk. Sebuah batu datar dengan panjang 3 meter dan lebar 1 meter yang mengandung huruf-huruf aneh dan angka aneh telah menjadi sebuah teka-teki lain sekaligus seperti penegasan tentang adanya sesuatu yang berharga di dasar lubang tersebut.
Penggalian kemudian terus dilanjutkan. Pada kedalaman 93 meter, tanah lubang galian tersebut mulai memasuki lapisan lumpur lunak. Penggalian kemudian dihentikan pada hari itu ketika mereka mencapai lapisan lumpur lunak.
Keesokan harinya ketika tim penggali kembali, mereka terkejut ketika mendapati lubang galian mereka telah dipenuhi air setinggi 33 meter. Tim akhirnya memutuskan untuk memompa air keluar, namun percuma. Penggalian kemudian baru dilanjutkan pada tahun berikutnya ketika diputuskan untuk menggali sebuah lubang paralel yang nantinya akan terhubung dengan lubang galian pertama. Namun usaha mereka menjadi sia-sia ketika lubang paralel yang dibuat mulai mencapai kedalaman 100 meter, lubang tersebut mulai dipenuhi kembali dengan air.
Proyek ini akhirnya terhenti dan menjadi terlantar selama 45 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, tidak ada lagi yang melakukan penggalian harta karun.
Pada tahun 1849 kemudian, The Truro Company adalah perusahaan berikut yang kembali mencoba menguak misteri lubang misteri di pulau Oak tersebut. Tim penggali langsung mencoba menggali hingga kedalaman 86 meter, namun karena air mulai kembali menggenang, tim melakukan spekulasi untuk mem-bor inti lubang sebelum air kembali menggenang. Pemboran ini membuahkan sebuah hasil yang tidak terduga.

Tanda Pertama sebuah Harta Karun

Pada kedalaman 98 meter bor mendapati suatu lapisan cemara. Selanjutnya bor terus menembus lapisan lebih dalam. Tim penggali dari The Truro Company kemudian menemukan 4 inci lapisan kayu pohon ek. Selanjutnya mereka menemukan lapisan metal setebal 22 inci, selanjutnya 4 inci lapisan kayu pohon ek lagi dan lapisan cemara lainnya. Kesimpulannya, mereka mungkin telah membor suatu kotak atau peti harta karun yang terbuat dari kayu pohon ek. Ketika mereka mengangkat bor mereka, tim penggali mendapati serpihan kayu ek dan helaian yang terlihat seperti kulit kelapa.
Salah satu bagian bor juga mendapati beberapa untaian rantai yang terbuat dari emas. Ketika pengeboran berlanjut, tiba-tiba salah seorang kru mendapati bahwa air dalam lubang itu ternyata adalah air asin dan sedang naik ke atas mengikuti air pasang. Hal ini mengindikasikan jika desainer dari lubang ini telah berhasil membuat lubang perangkap cerdas yang dirancang untuk membanjiri lubang jika seseorang mulai mendapati harta karun.
Tim penggali kembali pada tahun 1850 dengan rencana untuk menggali lubang paralel dan berusaha untuk mencapai lubang harta karun tersebut lewat lubang paralel yang akan dibuat. Namun nihil. Seperti sebelumnya, ketika lubang mulai menyentuh kedalaman 90 meter, air langsung membanjiri seisi lubang paralel. Tim penggali kemudian memompa keluar air yang menggenangi lubang paralel tersebut. Dalam proses memompa air tersebut keluar yang terkesan tidak mungkin, seorang anggota tim penggali mendapati jika pada saat air surut, ada sumber air lain yang masuk, dan air asin itu menandakan jika air tersebut berasal dari pantai. Tim pun memeriksa pantai tersebut yang menjadi salah satu penghalang penggalian mereka, dan apa yang mereka dapati tentang pantai tersebut selanjutnya sungguh diluar akal sehat. Pantai tersebut adalah pantai buatan.
Berdasarkan pengamatan dari tim penggali, pantai buatan tersebut telah dirancang sedemikian rupa agar terhubung dengan lubang galian yang berjarak sekitar 500 meter dari pantai tersebut. Saluran air adri pantai buatan tersebut menurut perkiraan terhubung dengan lubang galian harta karun pada kedalaman 110 meter. Untuk lebih jelasnya perhatikan Smith’s Cove Flood Tunnel.
Solusi berikutnya tim penggali dari Truro Company ingin menghalang aliran air dari pantai yang ada pada saluran air tersebut. Mereka membangun bendungan yang nantinya akan mengalihkan aliran air dari Smith’s Cove Flood Tunnel, sehingga nantinya tidak akan ada air yang akan menggenangi lubang galian ketika air dipompa keluar. Sayangnya sebuah badai menghancurkan bendungan yang dibangun sebelum bendungan itu selesai dibuat. Truro Company akhirnya menyerah pada tahun Hal menarik yang perlu dicatat dari pembangunan bendungan oleh tim galian dari Truro Company adalah, tim menemukan sisa-sisa bendungan yang lebih tua ketika mereka membangun bendungan mereka.
Pencarian harta karun pulau Oak selanjutnya kembali dilakukan pada tahun 1861 oleh Oak Island Association. Hal pertama yang dilakukan tim penggali dari OIA adalah membersihkan lubang harta karun hingga kedalaman 88 meter. Mereka kemudian menggali lubang baru ke arah timur. Lubang yang digali ke arah timur ini bermaksud untuk mencoba menemukan saluran lubang harta karun yang terhubung ke laut. Setelah mencapai kedalaman 120 meter, tim penggali akhirnya membatalkan rencana mereka karena tidak menemukan satu saluran pun yang terhubung ke lubang harta karun. Lubang baru tersebut akhirnya menjadi terlantar. Lubang kedua yang digali untuk mencari harta karun tersebut selanjutnya digali untuk mencari saluran harta karun ini ke arah barat.
Ketika lubang kedua ini mencapai kedalaman 118 meter, tiba-tiba air mulai membanjiri lubang galian tersebut, sama seperti yang terjadi pada lubang galian utama harta karun pulau Oak. Saat air mulai membanjiri lubang tersebut itulah tiba-tiba lubang galian itu ambruk kebawah lebih dalam dari 15 meter, tidak ada yang tahu pasti seberapa dalam harta karun yang di dalamnya ambruk ke bawah. Pada penggalian dari OIA inilah pertama kali memakan korban jiwa. Namun korban yan jatuh bukan karena tertimbun di lubang galian, melainkan karena pompa uap yang digunakan tiba-tiba meledak dan mencederai tim yang ada di sekitar hingga memakan korban. Penggalian ini juga akhirnya tidak berhasil memecahkan teka-teki saluran lubang harta karun pulau Oak. Proyek oleh OIA ini akhirnya dihentikan pada tahun 1864 karena kehabisan dana.
Pencarian selanjutnya terus berlanjut pada tahun 1866, 1893, 1909, 1931 dan 1936. Pencarian yang mulai menggunakan metode-metode modern ini selanjutnya belum juga berhasil memecahkan misteri dari saluran lubang harta karun pulau Oak. Metode-metode modern yang digunakan antara lain adalah dengan meledakkan saluran pembanjir, membuat bendungan yang akan menjaga agar air tidak akan memenuhi lubang galian, dan menggali menggunakan derek penggalian (tidak secara manual lagi). Satu-satunya dari cara-cara modern yang membuahkan hasil yaitu keberhasilan menutup aliran air dari Smith’s Cove Tunnel, namun keberhasilan ini hanya membuat aliran air buatan manusia lainnya lebih banyak mengalir dari arah selatan.
Pada tahun 1936, Gillbert Hadden yang bekerja sama dengan Fred Blair memulai investigasi baru terhadap pulau Oak. Kali ini fokus mereka tidak hanya pada lubang galian utama, tetapi kepada seisi pulau. Mereka mulai mencari hal-hal yang mungkin akan terkait dengan harta karun tersebut. Investigasi ini akhirnya menemukan 2 hal penting. Yang pertama adalah penemuan batuan berukir pada kedalaman 90 meter dari di lubang galian harta karun, sedangkan penemuan kedua adalah sepotong kayu yang diduga merupakan bagian dari suatu konstruksi besar karena mempunyai bentuk yang dapat dihubungkan dengan bagian lainnya dengan menggunakan sebuah pin (mungkin semacam baut).
Hingga saat ini pengeboran masih berlanjut. Pengeboran saat ini dikomando oleh Blankenship dan Briton. Penemuan besar yang terjadi dari Briton dan Blankenship, yaitu apa yang dikenal dengan nama Borehole 10-X. Tabung baja sepanjang 237 meter, dan tenggelam pada kedalaman 180 meter meter di tepi timur laut.
Borehole 10-X

Teori

Dibawah ini adalah beberapa teori yang beredar di masyarakat mengenai siapa sebenarnya pemilik dari harta karun tersebut.
Captain William Kidd – Sebagai seorang pelaut terkenal, rumor tentang harta karunnya tidak lepas dari pembicaraan masyarakat pulau Oak. Beberapa legenda mengenai harta karunnya juga merujuk kepada pulau Oak.
The French - teori ini mengatakan jika pemilik dari harta karun tersebut adalah Prancis yang mengubur uang mereka sebagai antisipasi dari kekalahan perang yang banyak terjadi ketika melawan Inggris pada masa kolonisasi Amerika.
The Vikings - Beberapa catatan masyarakat juga mengatakan jika bangsa Viking telah beberapa kali mengunjungi Amerika. Meskipun tidak ada yang berani menegaskan jika harta karun tersebut adalah milik bangsa Viking, namun rumor tentang mereka juga tidak lepas dari bahan pembicaraan masyarakat.
Bands of pirates – Pulau Oak juga terkenal telah banyak menjadi tempat persinggahan bajak laut. Fakta ini memunculkan teori kepercayaan baru jika harta karun telah dikubur di suatu tempat di pulau Oak.
Inca or Maya treasure - selama masa penjajahan Amerika oleh Eropa pada abad ke-18 dan 19, banyak dari kekayaan peradaban Inca dan Maya yang lenyap. Teori kemudian menyebutkan jika mungkin saja beberapa yang masih simpati dengan Amerika telah mengubur harta kekayaan dari peradaban Inca dan Maya di suatu tempat seperti pulau Oak.

Teka-teki Tulisan Pada Batu Ukir

Sebagaimana telah saya sebutkan di atas jika pada kedalamana 90 meter, telah ditemukan sebuah batu yang mengandung tulisan aneh. Batu yang ditemukan pada kedalaman 90 meter tersebut mempunyai tulisan sebagai berikut:

Tulisan Pada Batu yang Ditemukan Pada Kedalaman 90 meter
Batu tersebut telah menghilang sampai sekarang. Meskipun memiliki makna tersendiri bagi para pemburu harta karun di pulau Oak, namun beberapa kalangan meragukan keaslian batu tersebut. Mereka yang berpandangan ragu akan batu tersebut mengatakan jika batu tersebut mungkin saja telah dibuat dan ditinggalkan oleh para penggali terdahulu agar membuat para penggali selanjutnya hanya lebih bingung.
Meskipun demikian, seorang profesor bahasa dari Universitas Halifax pada tahun 1866, pernah mencoba menerjemahkan skrip tersebut.

Kunci untuk menerjemahkan skrip tersebut

Dengan demikian, hasil alih bahasanya menjadi seperti ini


Senin, 12 November 2012

Gadis Usia 15 Tahun Ini Jadi Walikota Termuda

SRIPOKU.COM - Di usianya yang masih belia tidak mengurungkan niat Bashaer Othman, 15 tahun, untuk menjabat walikota Allar, tepi barat, Palestina.

Menurut berita yang dilansir albawaba, terpilihnya Othman diambil berdasarkan keputusan warga memberdayakan kaum muda.

Gadis belia ini bakal menjadi wali kota selama dua bulan. "Melalui pengalaman ini, saya bisa berbagi pada pemuda lain. Jadi mereka bisa mempersiapkan diri jika suatu saat menjalankan lembaga negara," ungkapnya.

Allar merupakan kota kecil berpenduduk kurang dari seribu. Luasnya 12,3 kilometer persegi. Penduduk Allar pernah berkurang drastis pada 1948 setelah diserbu pasukan haganah (tentara bawah tanah Zionis) sebelum negara Israel berdiri.

Mereka dipukul mundur pasukan Mesir dua hari berikutnya dan pengungsi kembali, lalu membangun kota.

Sejarah Allar menjadi satu kekuatan bagi Othman untuk menjalani tugas sebaik-baiknya. Dia bertanggung jawab atas semua hal berkaitan Allar, termasuk mengawasi karyawan dan menandatangani dokumen, kecuali berhubungan dengan keuangan.

Gadis ini bekerja di bawah pengawasan walikota terpilih, Sufian Shadid. Dia mengatakan antusias atas pengangkatan Othman untuk memimpin wilayah itu.

"Banyak cara mendukung kaum muda. Pertama, memastikan tidak ada satu halangan bisa menghambat mereka. Kedua, memupuk tekad dan ketekunan," kata Shadid.