Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google
EksisPTC

Sabtu, 18 Desember 2010

Ketika Tata Surya Bernafas Untuk Pertama Kali

Seperti juga manusia membutuhkan oksigen untuk kehidupannya, ternyata
oksigen juga ada di seluruh Tata Surya kita, dan penemuan terkini dari
NASA berhasil menghitung komposisi oksigen yang terkandung pada saat
kelahirannya.

Informasi tersebut berhasil dibawa pulang oleh penjejak Genesis milik
NASA yang jatuh ke Bumi pada tahun 2004. Demikian penemuan tersebut
disampaikan pada Konferensi Sains tentang Bulan dan Planet di Houston,
Texas, Amerika Serikat, 10 Maret yang baru lalu. Grup yang meneliti
temuan tersebut dipimpin oleh Kevin McKeegan, pakar kimia-antariksa
dari Universitas California, Los Angeles.

Penemuan itu sendiri menjelaskan bahwa ternyata Matahari memiliki
komposisi O XVI (Oksigen-16), yaitu iostop oksigen paling umum; yang
lebih banyak daripada di Bumi. Hal ini kontradiksi dengan yang
sebelumnya dipercayai bahwa Bumi memiliki komposisi oksigen yang sama
dengan Matahari. Penemuan ini juga memberi capaian pada komposisi
oksigen pada pembentukan Tata Surya.

Untuk memperoleh informasi tersebut, maka Genesis mendapatkan data dari
memerangkap arus partikel terioniasi dari Matahari, dikenal sebagai
angin mataari. Karena angin matahari berasal dari lapisan luar
Matahari yang tidak berubah, sehingga dapat dianggap bahwa angin
matahari membawa oksigen primordial diantara elemen-elemen yang lain.

Oksigen-16 tersusun dari 8 proton dan 8 netron, mencakup 99,8% oksigen
yang ada di Bumi. Ada juga sejumlah kecil oksigen-17 dan oksigen-18
yang proporsinya berbeda – beda di seluruh Tata Surya kita. Ilmuwan
telah mengukur perbedaan proporsi yang sedikit berbeda antara Bumi,
Mars, Bulan dan di dalam meteorit, karena setiap tempat tersebut
pastilah terdapat sidik jari oksigen.

Banyak studi telah dilakukan untuk menemukan proporsi awal isotop
oksigen matahari. Ada dua pendapat yang bertentangan mengenai hasil
dari batu-batuan Bulan, yang dianggap menyimpan oksigen dari Matahari,
dikarenakan Bulan tidak mempunyai atmosfer seperti di Bumi, sehingga
angin matahari langsung menghantam permukaan Bulan (Nature, 440,
751-752,2006).

Selama ini menjadi pertanyaaan, apakah Bumi sama seperti Matahari dan
meteorit, dan fakta terkini tersebut menunjukkan bahwa Bumi tidak
seperti Matahari.

Bagaimana informasi tersebut diperoleh? Oksigen dikenal sangat susah
diukur, dikarenakan jumlahnya yang banyak, jadi sulit ditentukan, yang
mana oksigen dari Matahari atau dari tempat lain. Selain itu oksigen
sangatlah reaktif. Untuk itu McKeegan dan grupnya mempergunakan mass
spectrometer pada cakupan 3 mm persegi dari lapisan silikon yang
mengandung oksigen dari angin matahari.

Menggunakan tembakan penyinaran ion caesium, maka sampel data dikupas
sampai 20 nanometer untuk membuang semua kontaminasi oksigen dari
Bumi. Kemudian dalam vakum maka komposisi iostop oksigen Matahari
dapat diukur, menggunakan tembakan untuk melepaskan atom dari
perangkap silikon, dan menemukan sejumlah besar proporsi oksigen-16,
jauh lebih besar dari di Bumi.

Hasil ini memunculkan pertanyaan baru. Kenapa komposisi oksigen di
Bumi berbeda dengan Matahari, dan proses kimiawi apa yang menyebabkan
perubahan? Pastilah terdapat suatu proses yang membuang sejumlah
oksigen-16 ketika proto-Tata Surya berkondensasi menjadi bulir-bulir
padat dan berkoalesi menjadi planet. Dan tentulah proses tersebut
merupakan hal yang pertama kali terjadi sekitar 4,5685 miliar tahun
yang lalu, ketika jabang bayi Tata Surya pertama kali bernafas.

Sumber : http://langitselatan.com


0 komentar:

Posting Komentar