Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Rabu, 06 April 2011

Sejarah Dracula


Selama perang salib, Wallachia menjadi rebutan antara kerajaan Hungaraia dan Turki Ottoman, pada masa Vlad II berkuasa di Wallachia, Vlad II mempunya tiga orang anak, Mircea,Dracula dan Randu, Vlad II memihak kerajaan Hungaria.

Namun setelah dilengserkan oleh Sigismund ( Raja dari kerajaan Hungaria ) dan kemudian digantikan oleh John Hunyandi, Vlad II memihak kepada kesultanan Turki Ottoman, sebagai jaminan kesetiaannya kepada kesultanan Turki ottoman, Vlad II mengirimkan Dracula dan Randu ke Turki.

Riwayat Dracula
Vlad Tsepes III ( 1431 – 1475 M ) atau yang lebih populer dengan nama Dracula dilahirkan di Transylvania, Rumania. Ia merupakan anak Ke 2 dari Vlad II dan Cneajna, seorang putri dari Moldavia
Masa kecil Dracula memang tidak berlangsung lama, diusianya yang ke 11 ia harus menjadi jaminan kesetian ayahnya kepada kesultanan Turki ottoman, ia dan adiknya Randu harus dikirim ke Turki.

Awal Kekuasaan Dracula
Setelah perang Verna, terjadi konflik antara Vlad II dan John Hunyadi, yang berujung pada kematian Vlad II dan Mircea, kakak Dracula. Melihat perubahan politik di Wallachia tersebut, maka sultan Turki ottoman Mehmed II mengirimkan Dracula pulang ke wallachia untuk merebut tahta.
Dracula kembali ke Wallacia dengan di kawal 8000 prajurit Turki ottoman. sesampainya di Tirgoviste ( ibu kota wallachia ) terjadi pertempuran antara pasukan Vlasdisav dengan pasukan Dracula, yang akhirnya di menangkan oleh pasukan Dracula dan menempatkan Dracula sebagai penguasa Wallachia.

Awal Kekejaman Dracula

Setelah berhasil menduduki tahta, Dracula membantai prajurit Turki ottoman yang tersisa dengan cara di sula, hal tersebut menjadi salah satu penyebab permusuhan antara Dracula dan Sultan Mehmed II.
Sebagai panglima salib di Wallachia, Dracula telah membantai kurang lebih 23.000 umat islam baik tentara maupun rakyat, dengan peperangan maupun dengan metode sula ( impaler ), setelah tindakan tersebut Dracula mengirimkan surat kepada raja Hungaria saat itu ( Matthias Corvinus ) untuk meminta dukungan dari kerajaan Hungaria untuk melawan Turki Ottoman.

Serangan Tengah Malam ( The Night Attack )
Tindakan Dracula yang membantai 23.000 tentara Turki Ottoman, membuat sultan Mehmed II menyatakan perang kepada Dracula. Pada tanggal 17 Mei 1462 M Sultan Mehmed II ( sang penakluk konstatinopel ) mengirimkan 60.000 tentara ditambah 30.000 tentara non reguler. Sedangkan tentara Dracula mencapai 30.000 prajurit, melihat jumlah pasukan yang tidak berimbang, dracula melakukan strategi perang grilya (Hit and Run)
Pada serangan tengah malam pasukan dracula yang berkekuatan 10.000 orang berhasil mendesak pasukan Turki ottoman, tetapi dapat dipukul mundur pada saat fajar tiba, atas kekalahan tersebut pasukan dracula mundur ke benteng Poenari, dracula melarikan diri dari kepungan pasukan Turki ottoman yang di pimpin oleh Randu ( adik kandung dracula )ke Hungaria, dengan melarikandirinya Dracula, Randu dengan mudah merebut benteng Poenari dan merebut tahta Wallachia.

Kematian Dracula
Pada Desember 1476 Terjadi pertempuran antara pasukan salib dengan dengan pasukan muslim ( Turki ottoman )dimana pertempuran tersebut terjadi di daerah Snagov, dalam pertempuran tersebut pasukan Dracula dapat dikalahkan, dan Dracula ( Vlad III ) tewas dalam pertempuran tersebut, kepalanya di penggal dan di bawa ke Turki sebagai bukti kematiannya

Dari sinilah legenda vampir mulai hidup. Konon Vlad Tepes tidak benar-benar mati, ia menjadi mayat hidup, menjadi vampir dan menyebarkan wabah vampir kepada orang-orang yang digigitnya. Kisah ini menjadi legenda. Diceritakan dari generasi ke generasi di kalangan penduduk Balkan yang masih percaya pada tahayul.

Dracula Sang Penghisap Darah
Legenda inilah diadopsi oleh Bram Stroker untuk novelnya yang berjudul Dracula (1897). Walau dalam novelnya tak menyebutkan nama Vlad Tepes, namun latar belakang Dracula dalam novelnya mengindikasikan bahwa Vlad Tepes-lah yang diadopsi oleh Stroker untuk menajadi tokoh utama dalam karyanya. Selain Stroker, buku-buku tentang Dracula/vampir terus ditulis orang, mungkin angkanya telah mencapai ribuan buku. Apalagi setelah Hollywod mengkomersilkan lagenda vampir dengan film-filmnya. Konon, hampir 300 film pernah dibuat berkaitan dengan vampir dan dracula.

Walau kisah Dracula terus ditulis orang, hal ini tak mengurungkan niat Elizabet Kostova untuk melakukan riset sejarah mengenai Dracula dan menuangkan hasil risetnya kedalam sebuah novel sejarah yang dikemas dalam horor-suspense yang memikat yang diberi judul The Historian (Sang Sejarahwan). Berbeda dengan Darculla-Bram Stoker, Kostova lebih memberikan nuansa sejarah pada novelnya ini, sehingga pembaca tak hanya disuguhkan oleh ketegangan dan kengerian semata, melainkan pembaca juga diajak menyelusuri siapa sebenarnya dibalik sosok Dracula berdasarkan fakta sejarah yang diperoleh Kostova dari risetnya selama 10 tahun!


The Historian diawali dengan kisah di tahun 1972 dimana seorang gadis berusia 16 tahun menemukan sebuah buku tua dan amplop yang berisi kertas-kertas yang sudah menguning diperpustakaan ayahnya di Amsterdam. Uniknya buku tua tersebut seluruh halaman-halamannya kosong, kecuali di halaman tengahnya terdapat gambar cukilan kayu berbentuk naga dan terdapat tulisan “Draculya”. Yang membuat gadis itu makin penasaran adalah kertas-kertas yang sudah menguning itu ternyata sebuah surat-surat pribadi bertanggal 12 Desember 1930 yang ditujukan kepada “ Penerusku yang baik dan tidak beruntung”

Ketika ia bertanya pada ayahnya mengenai temuannya itu, barulah ayahnya (Paul) bercerita. Pada saat Paul masih menjadi mahasiswa S2 jurusan sejarah di Amerika, di malam hari ketika ia sedang membaca di perpustakaan universitas, tiba-tiba ia sadar bahwa seseorang telah meninggalkan sebuah buku kuno diantara buku-buku yang sedang dibacanya di meja perpustakaan, buku yang belakangan ditemukan si gadis di perpustakaan pribadi ayahnya (Paul). Buku kuno yang ditengah halamannya bergambar naga dan bertuliskan Drakulya ini membuat penasaran Paul dan iapun segera menelusuri katalog perpustakaan untuk menemukan buku-buku dengan tema “Drakula”

Paul menceritakan penemuannya itu pada dosen pembimbingnya, Prof. Bartholomew Rossi. Dan yang lebih mengejutkannya, ternyata Prof Rossi juga memiliki buku yang sama. Sekitar duapuluh tahun yang lampau Prof. Rossi juga pernah menerima buku kuno bergambar naga dengan cara yang juga misterius. Sama seperti Paul, buku ini menimbulkan obsesi yang besar bagi Rossi untuk memperoleh keterangan mendalam mengenai asal-usul buku itu, dan mencari tahu sosok tokoh sejarah Draculla atau Vlad Tepes, dimana kuburnya, dan apakah ia masih hidup hingga kini, dll ? Tak tanggung-tanggung Prof Rossi melacak jejak Draculla hingga ke Turki dan pelosok-pelosok Rumania.

Prof. Rossi segera memberikan semua hasil temuannya baik berupa manuskrip, peta dan surat-suratnya. Namun sebelum Paul dan Rossi melakukan riset lebih jauh, tiba-tiba Prof Rossi menghilang dengan meninggalkan bercak darah di kamarnya. Berdasarkan surat-surat dan peta yang diterimanya dari Rossi, Paul melanjutkan risetnya sambil mencari keberadaan Rossi. Secara kebetulan ia bertemu dengan Hellen, seorang antropologis asal Rumania yang ternyata anak kandung dari Prof Rossi dari hasil hubungannya dengan wanita asal Rumania yang ditemuinya saat melakukan riset Dracula.

Paul bersama Helen pun sepakat melakukan pencarian dimana Rossi berada, ada dua kemungkinan kemana hilangnya Rossi, mencari letak kubur Dracula, atau diculik oleh Dracula. Pencarian ini menghantar mereka singgah ke beberapa negara seperti Turki, Rumania, Bulgaria, menelusuri koleksi-koleksi perpustakaan-perpustakaan yang menyimpan buku2 dan manuskrip –manuskrip kuno abad ke 15, mengunjungi biara-biara kuno guna mencari dimana kubur Draculla berada , dll. Dalam pencarian ini mereka kelak akan menemukan bahwa masih ada beberapa orang yang ternyata memiliki buku bergambar naga seperti yang dimiliki Paul dan Rossi. Pencarian ini tidaklah mudah, selain keterbatasan sumber, mereka juga selalu dibuntuti oleh seseorang atau sesosok vampir yang mencoba menghalangi niat mereka, bahkan sempat menggigit salah satu dari mereka .

Selain hilangnya Rossi, kelak Paul juga akan menghilang. Dan kini giliran si gadis bersama temannya Barley, mencoba mencari jejak keberadaan ayahnya. Berhasilkah Rossi dan Paul ditemukan. Berhasilkah kubur Draculla ditemukan? Dan apakah Dracula masih hidup ? Pertanyaan ini akan terjawab di lembar-lembar terakhir novel ini. Novel ini terangkai dari tuturan Paul yang menceritakan langsung kisahnya pada anaknya, surat-surat Paul, surat-surat Rossi, dan pengalaman si gadis sendiri. Jadi novel ini jika dilihat dari setting waktunya, memiliki tiga bagian kisah. Setting tahun 1930-an yang menceritakan pengalaman Prof. Rossi, setting tahun 1950-an yang menceritakan pengalaman Paul, dan setting tahun 1972 yang menceritakan pengalaman gadis berusia enam belas tahun yang hingga akhir cerita tak disebutkan namanya.


The Historian ditulis oleh Elizebth Kostova dengan gaya yang indah dan memikat. Tidak seperti novel-novel horor lainnya yang biasanya sarat dengan dendam, darah, amarah, tubuh yang tercabik-cabik, sosok hantu yang menjijikkan, dan lain-lain. The Historian menyajikan nuansa yang berbeda. Walau yang menjadi tema utama adalah pencarian sosok Drakula yang menyeramkan, namun tak ada ketakutan yang berlebihan pada novel ini. Kemunculan vampir tak diumbar dalam novel ini, namun seolah sang vampir terus mengikuti setiap tokoh-tokohnya dalam novel ini. Ketegangan dan kemisteriusan menyelimuti seluruh halaman novel ini, dimulai dari ditemukannya buku kosong bergambar naga, kisah kekejaman Vlad Tepes ketika mengeksekusi musuh-musuhnya, vampir yang membuntuti dan menyerang dengan tiba-tiba, hingga sosok drakula dan aktivitasnya yang unik dan tak terduga akan ditemui dalam novel ini.

Selain itu aroma sejarah juga tercium dengan tajam pada novel ini. Dengan deskripsi sejarah yang diurai secara kronologis dan menarik sehingga tak membosankan Kostova mengajak pembacanya bertamasya ke masa lalu di abad ke 15 dimana Dracula pernah hidup dan berjuang melawan serangan tentara Turki dibawah pemerintahan Sultan Mehemd II. Pembaca juga akan diajak berkelana ke tempat-tempat eksotis seperti Oxford, Istanbul, Rumania, Bulgaria untuk menelusuri buku-buku kuno, mansukrip-manuskrip bersejarah, kisah para santo, puisi kuno, legenda dan lagu-lagu rakyat yang berkaitan dengan Drakula.

Suspense, horor, legenda, fakta sejarah, semua itu dirangkai dalam sebuah kisah dengan tempo yang cepat dan plot yang memikat sehingga membuat pembacanya betah membaca novel dengan tebal 768 halaman ini. Hampir di akhir setiap bab, Kostova menyajikan hal yang mengejutkan sehingga membuat pembacanya penasaran dan ingin terus membaca ke halaman-halaman berikutnya hingga buku ini selesai dibaca dengan tuntas. Kostova tampaknya berhasil menuntun pembacanya untuk terus penasaran dalam mengikuti lika-liku cerita yang pada akhirnya akan meyakinkan pembacanya bahwa drakula memang pernah ada dan merupakan tokoh sejarah. Hal ini dimungkinkan karena dari cara berceritanya sendiri memeberi kesan bahwa sang penulis telah melakukan riset yang mendalam layaknya seorang sejahrawan dalam membuat novel ini.

Dalam mengerjakan novel ini, Kostova memang tak sekedar mengandalkan imajinasinya tentang sosok Dracula. Novel pertama Elizabet Kostova ini tampaknya dikerjakan dengan sungguh-sungguh disertai riset yang mendalam layaknya seorang sejarahwan selama sepuluh tahun. Menurutnya sejak ia masih kecil, ketika ayahnya bercerita tentang Dracula, ia sudah membayangkan cerita yang akhirnya akan menjadi The Historian. Hingga akhirnya, dengan semangat akademiknya, kesabaran dan bakat menulsinya yang laur biasa, Kostova berhasil menghasilkan karya yang penuh misteri sejarah dan ketegangan ini. Bukan tak mungkin novel ini bakal menjadi novel mengenai kesejarahan dan legenda dracula yang otoratif dan dikenang sepanjang masa setelah novel Dracula karya Bram Stroker.

Tak heran ketika novel ini terbit di tahun 2005, novel ini langsung menjadi best seller dunia. Debut Elizebeth Kostova dengan nvoel ini langsung melemparnya ke tempat teratas penulis-penulis novel suspense sejarah. Dan untuk novel ini pula Kostova memenangi Hopwood Award for the Novel-in-Progress. Bersyukur pembaca buku tanah air kini bisa membaca terjemahan novel ini. yang diterjemahkan oleh penerjemah senior Andang Heru Soetopo. Tampaknya pembaca tak akan menemui kesulitan dalam memahaminya karena kalimat-kaliamatnya mudah dipahami dan mengalir dengan lancar. Jika kita membaca liputan majalah MATABACA ed. Febr 2007 mengenai terjemahan novel ini, kita akan melihat bahwa penerjemah tampaknya telah melakukan hal yang maksimal agar terjemahan novel ini dapat mendiskripsikan apa yang menjadi keinginan dan gaya penulisnya.


0 komentar:

Posting Komentar