Bagi para penggemar sains fiksi Star Wars, tentu tidak asing dengan
keberadaan planet Tatooine, planet padang pasir dengan 2 Matahari.
Planet ini diceritakan bergerak mengorbit sepasang bintang ganda.
Apakah dunia yang memiliki dua matahari itu ada atau hanya berakhir
sebagai cerita di film?
Planet Dengan Dua Bintang
Planet Tatooine yang memiliki 2 bintang di film Star
Ternyata keberadaan dunia dengan dua matahari di kala senja yang
digambarkan Star Wars 30 tahun lalu tidak lagi menjadi impian dan
khayalan. Kini ada bukti saintifik yang menunjukkan kalau planet seperti
itu memang ada. Itulah hasil penemuan terbaru dari misi Kepler!.
Kepler berhasil mendeteksi keberadaan planet sirkumbinari atau planet
yang mengorbit dua buah bintang yang jaraknya 200 tahun cahaya dari
Bumi. Tapi, planet ini tidak seperti planet Tatooine yang diceritakan
bisa memiliki kehidupan di dalamnya. Planet yang disebut Kepler-16 b ini
merupakan planet gas yang dingin dan diperkirakan tidak bisa mendukung
kehidupan. Tapi, penemuan Kepler-16b merupakan penemuan yang penting
karena keberadaannya menunjukkan keragaman planet di galaksi Bima Sakti.
Meskipun sebelumnya ada juga penelitian lain yang mengindikasikan keberadaan exoplanet yang mengelilingi dua bintang,
namun belum ada konfirmasi mengenai keberadaan planet tersebut. Karena
itu Kepler-16b menjadi planet pertama yang bergerak mengitari dua
bintang di sistem Kepler-16 (AB).
Walau merupakan planet gas yang dingin, keberadaan Kepler-16b juga
memberi kemungkinan baru bagi sistem yang dapat mendukung kehidupan.
Jika selama ini planet seperti itu dicari hanya pada bintang tunggal,
maka ada kemungkinan yang sangat besar jika planet laik huni itu juga
terdapat di dalam sistem bintang ganda. Apalagi mengingat sebagian
besar bintang di galaksi bima Sakti merupakan agian dari sistem bintang
berdua. Tentunya ada kesempatan kalau ternyata kehidupan itu tumbuh dan
berkembang juga pada planet yang mengitari bintang berdua.
Kepler-16b
Ilustrasi planet Kepler-16b yang memiliki 2 bintang induk.
Planet Kepler-16b ditemukan melalui deteksi dengan metode transit
yang dilakukan Kepler. Dengan metode ini, Kepler melihat perubahan pada
kecerlangan bintang induk yang mengedip atau meredup sesaat ketika ada
planet yang melintas di depannya.
Kepler-16b berhasil ditemukan oleh tim yang dipimpin Laurance Doyle dari Institut SETI di
Mountain View,
Calif, setelah melakukan analisa pada data Kepler. Teleskop Landas
Angkasa Kepler dalam tugasnya melakukan pengukuran perubahan kecerlangan
pada lebih dari 150000 bintang untuk mencari planet yang sedang
transit. Ia juga merupakan misi pertama NASA yang dapat menemukan planet
seukuran Bumi di dekat maupun di dalam zona laik huni, area dalam
sistem keplanetan yang dapat mempertahankan air dalam bentuk cair di
permukaan planet yang mengorbit.
Kepler-16b dideteksi sebagai planet baru dalam sistem Kepler-16 (AB),
sebuah sistem bintang berpasangan yang saling mengorbit dan
menggerhanai satu sama lainnya dari sudut pandang pengamat di Bumi.
Pada bintang ganda, perubahan kecerlangan pada bintang akan terjadi
secara berkala saat kedua bintang itu saling menggerhanai. Saat bintang
yang lebih kecil menghalangi sebagian cahaya bintang yang lebih besar,
terjadilah gerhana primer. Gerhana sekunder terjadi ketika bintang yang
lebih kecil diokultasi atau dihalagi total cahayanya oleh bintang yang
lebih besar.
Tapi ada yang menarik di sistem Kepler-16 yang dilihat oleh Laurance
Doyle dkk ini. Kecerlangan sistem bintang Kepler-16 tetap mengalami
peredupan meskipun bintang tidak sedang menggerhanai satu sama lainnya.
Ini adalah petunjuk bagi keberadaan obyek ke-3. Peristiwa tambahan bagi
meredupnya kecerlangan bintang ini kemudian disebut gerhana tersier dan
kuartener. Keduanya terjadi pada inteval waktu yang tidak teratur dan
mengindikasikan kalau bintang sedang berada pada posisi yang berbeda di
orbitnya ketika obyek ketiga melintas. Dan kejadian ini juga menunjukkan
kalau si obyek ketiga tidak hanya mengorbit satu bintang melainkan
bergerak mengelilingi kedua bintang dalam orbit sirkumbinari yang lebar.
Gangguan gravitasi pada bintang yang diukur dengan melihat pada
perubahan saat gerhana menjadi indikator yang baik untuk mengetahui
massa obyek ketiga. Yag tampak adalah, hanya ada sangat kecil tarikan
gravitasi yang dideteksi yang sekaligus menandakan kalau obyek ketiga
tersebut memiliki massa kecil.
Hasil penelitian juga menunjukkan kalau Kepler-16b merupakan planet
yang tidak ramah untuk dihuni. Ia dingin dengan ukuran seperti Saturnus
dan memiliki susunan setengah batuan dan setengah gas. Bintang induknya
jauh lebih kecil dari Matahari. Bintang pertama memiliki 69% massa
Matahari sedangkan bintang kedua yang jadi pasangannya hanya memiliki
20% massa Matahari. Kepler-16b di dalam sistem ini mengorbit kedua
bintang itu setiap 229 hari, mirip dengan orbit Venus yang mengelilingi
Matahari setiap 225 hari. Meskipun mirip dengan Venus, Kepler-16b berada
jauh di luar zoa laik huni sistem dimana diharapkan air bisa berada
dalam wujud cair karena bintang induknya jauh lebih dingin dari
Matahari.
Bagi pekerja efek visual film John Knoll dari
Industrial Light & Magic, salah satu divisi di
Lucasfilm Ltd.,
San Fransisco, bekerja di film seringkali mereka dituntut untuk
menciptakan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Akan tetapi
baginya penemuan saintifik yang membuktikan sesuatu itu justru lebih
spektakuler dari apapun yang bisa dibayangkan. Tak bisa disangkal
penemuan-penemuan seperti ini akan mempengaruhi sekaligus menginspirasi
para pembuat cerita. Keberadaan bukti tersebut itulah yang memicu
manusia untuk bermimpi lebih besar dan membuka wawasan untuk melihat
kemungkinan baru di luar apa yang ada saat ini.
Sumber : Langitselatan.com