Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Senin, 30 Juli 2012

Cara Radiasi Nuklir Membunuh Anda

Korban radiasi nuklir Chernobyl	VIVAnews - Seandainya penjahat meledakkan senjata nuklir, apa yang akan terjadi pada manusia? Kota mati Chernobyl, Ukraina Utara bisa menjadi gambaran keganasan ancaman nuklir.
Dosis besar radiasi nuklir dalam jangka pendek bisa menyebabkan Sindrom Radiasi Akut (ARS) atau keracunan radiasi.

Keganasan gejala ARS ini tergantung tingkat paparan yang mengenai Anda. Cara mengukur dosis radiasi ini bisa menggunakan satuan unit Grays (Gy). Rata-rata paparan radiasi selama beberapa detik dari pemeriksaan dengan sinar X yakni 0,0014 Gy. Ini termasuk dosis rendah yang disarankan.

Apabila Anda terkena dosis rendah, radiasi kisaran 0,35 Gy, Anda akan terserang flu. Efek samping lain bisa mengalami pusing, mual, muntah, lemas, dan demam.
Jika tubuh terkena dosis yang lebih tinggi, sekitar 1 hingga 4 Gy, sel darah mulai mati. Sistem imunitas tubuh menurun akibat kekurangan sel darah putih, kekurangan trombosit membuat pendarahan tidak terkontrol, dan anemia akibat menurunnya sel darah merah menjadi ancaman selanjutnya. Tapi, kondisi seseorang bisa dipulihkan pada tahap ini. Transfusi darah dan obat antibiotik dapat menjadi solusi.

Jika menerima paparan radiasi lebih dari 2 Gy, Anda akan mengalami luka terbakar yang aneh pada kulit. Kondisi ini disebut sebagai radiodermatitis akut. Dampaknya termasuk bercak merah, kulit mengelupas, dan bisa juga melepuh. Kondisi buruk ini diperkirakan muncul dalam waktu 24 jam.

Dosis 4 hingga 8 Gy bisa berakibat fatal. Tapi, jalan menuju kematian masih bervariasi tergantung tingkat paparan. Pasien pada level ini akan mengalami muntah, diare, pening, dan demam. Tanpa perawatan, seseorang hanya tinggal menunggu maut dalam beberapa minggu setelah terkena paparan.

Kondisi fatal ini pernah terjadi. Ahli fisika, Louis Slotin, meninggal karena ARS ketika melakukan penelitian Proyek Manhattan pada 1946. Slotin terkena paparan radiasi dengan dosis yang diperkirakan 10 Gy dari sinar gamma dan sinar X. Dengan dosis sebesar itu, dia tidak bisa bertahan hidup. Bahkan, pengobatan modern seperti transplantasi sumsum tulang belakang juga tidak bisa mengubah nasibnya.

Pasien yang terkena radiasi antara 8 hingga 30 Gy akan mengalami mual. Dalam waktu satu jam, pasien akan mengalami diare parah. Mereka akan meninggal dalam dua hari hingga dua minggu.

Menyerap dosis lebih besar dari 30 Gy menyebabkan kerusakan sistem saraf. Dalam hitungan menit, pasien akan menderita muntaber parah, pening, pusing, hingga pingsan. Kejang dan tremor sudah menjadi ancaman umum. Pasien juga akan kehilangan kontrol gerak otot. Hanya butuh 48 jam, radiasi nuklir langsung mencabut nyawa korbannya.

Model perkiraan tingkat bahaya paparan radiasi jangka panjang masih kontroversial. Menurut Gizmodo, model yang paling diterima secara luas menunjukkan pengaruh radiasi yang menyerang sebagian besar orang. Radiasi tingkat rendah justru menjadi sumber radiasi paling berbahaya. Kendati ARS memberi gambaran menakutkan, terbunuh perlahan ini yang lebih perlu Anda khawatirkan.


Astronom Temukan Planet "Berlian" Raksasa

Terbuat dari elemen yang lebih berat seperti karbon dan oksigen sehingga jadi mengkristal.

Ilustrasi planet PSR J1719-1438 rekaan tim ilmuwan Universitas Swinburne, Australia

VIVAnews - Tim astronom di Australia mengaku telah menemuka suatu planet eksotis di galaksi bima sakti. Planet itu bagaikan sebuah berlian.

Planet ini, berjarak sekitar 4.000 tahun cahaya dari Bumi, jauh lebih padat dari yang lain dan sebagian besar terdiri dari karbon. Saking padatnya, tim astronom memperhitungkan bahwa karbon ini sejernih kristal, bahkan tidak jauh beda dengan berlian.

Planet aneh ini mengorbit di sekitar sebuah bintang yang telah mati akibat supernova dan disebut sebagai millisecond pulsar baru atau bernama PSR J1719-1438. Ketua tim peneliti dari Universitas Swinburne di Melbourne, Matthew Bailes, memperkitakan bahwa planet ini memiliki diameter lima kali lipat dari bumi.

"Kami sangat yakin bahwa planet itu memiliki kepadatan 18 kali lipat dari air," kata Bailes, seperti yang dikutip National Geographic, 25 Agustus 2011. "Ini berarti planet itu tidak dibuat dari gas seperti hidrogen dan helium seperti kebanyakan bintang, namun [terbuat] dari elemen-elemen yang lebih berat seperti karbon dan oksigen sehingga jadi mengkristal, mirip sebuah berlian," kata Bailes.

Bailes dan timnya menemukan planet beserta bintang millisecond pulsar itu saat survei pulsar melalui teleskop radio di Observatorium Parkes, Australia. Pulsar merupakan sejenis bintang mati yang memancarkan sinar gelombang radio yang kuat dari sumbunya. Bila sinar-sinar tersebut melintas pandangan dari Bumi ketika bintang berotasi, teleskop radio di Bumi dapat mendeteksi denyut rutin bintang mati itu.  

Tim dari Swinburne telah membuat sketsa atas bentuk planet yang mirip berlian itu. Namun, kepastian apakah planet tersebut benar-benar berlian raksasa masih harus dibuktikan lebih lanjut. Tim astronom optimistis bakal menemukan planet-planet aneh lainnya.

"Dengan makin canggihnya teknologi komputer, kami yakin akan menemukan lagi planet seperti ini," kata Bailes.


Setelit Ke Lima Pluto

Siapa sangka Pluto, si planet kerdil ini punya keluarga besar? Setidaknya sampai dengan tahun 2011 ia memiliki 4 buah satelit pengiring. Yang ternyata terus bertambah…Hari ini, sebuah berita mengejutkan kembali datang dari Pluto. Alan Stern (SWRI)  mengumumkan lewat twitternya @alanstern kalau Pluto memiliki satelit ke-5 yang mengitari dirinya.
Satelit ke-5 Pluto
Pluto dan ke-5 satelit pengiringnya. 

Bulan ke-5 yang mengiring Pluto tersebut berhasil ditemukan menggunakan Teleskop Hubble dan diperkirakan memiliki bentuk yang tidak teratur dengan diameter sekitar 9 – 24 km.  Satelit yang disebut P5 atau S/2012 (134340) 1  mengorbit pada jarak 48000 km dari Pluto dan memiliki orbit lingkaran dengan diameter 93341 km di sekeliling Pluto.
Penemuan ini jelas menambah jumlah anggota keluarga Pluto menjadi lima setelah Charon, Hydra, Nix dan P4.  Penemuan ini tidak hanya menarik untuk tahu bahwa Pluto ternyata punya 5 satelit pengiring melainkan juga jadi perhatian karena obyek sekecil itu bisa memiliki koleksi satelit yang cukup kompleks.
Tahun 2006 menjadi tahun ketika PLuto tidak lagi menempati klasifikasi planet. Ia diklasifikasi ulang ke dalam kelas planet kerdil karena area disekelilingnya belum bersih. Ini ditandai dengan keberadaan obyek-obyek sabuk kuiper di sekelilingnya. Hal ini dikarenakan Pluto tidak memiliki kemampuan untuk mengakresi ataupun melontarkan mereka keluar dari orbitnya seperti halnya planet mayor lainnya.
Tapi, tidak berarti Pluto jadi tidak istimewa. Jika Bumi hanya ditemani sebuah Bulan, Pluto yang awalnya hanya ditemani Charon mulai menunjukkan kalau ia masih punya beberapa pengiring lainnya. Satelit pertama Pluto, Charon ditemukan pada tahun 1978 dalam pengamatan di United States Naval Observatory, Washington, D.C. Puluhan tahun kemudian, di tahun 2006 ketika gonjang ganjing status Pluto sebagai planet dipertanyakan, Nix dan Hydra ditemukan oleh teleskop Hubble.  Di tahun 2011, satelit P4 berhasil ditemukan dalam data Hubble. Dan selang setahun kemudian,P5 juga ditemukan oleh teleskop Hubble dalam 9 set citra yang diambil menggunakan kamera medan lebar 3 milik Hubble. Pengamatan dilakukan pada tanggal 26, 27 dan 29 Juni 2012 serta pengamatan pada tanggal 7 dan 9 Juli 2012.
Penemuan P5 juga memberikan petunjuk tambahan untuk mengungkap pembentukan sistem Pluto dan bagaimana mereka berevolusi.  Diperkirakan semua satelit di Pluto ini terbentuk bersamaan ketika terjadi tabrakan antara Pluto dan obyek besar lainnya di Sabuk Kuiper milyaran tahun yang lalu.
Menurut Harold Weaver dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory di Laurel, Md, “Keberadaan sedemikian banyak satelit kecil disekeliling Pluto sekaligus memberi informasi kalau masih ada banyak partikel kecil yang tak terlihat sedang mengintai di sistem Pluto”. Tak heran memang kalau masih banyak partikel kecil yang mengintai di sistem Pluto.

New Horizon
Ilustrasi Wahana New Horizon. 

Tahun 2015, wahana New Horizon akan melakukan terbang lintas di Pluto yang jaraknya 4,7 milyar km. Keberadaan P5 jelas menjadi informasi penting bagi para astronom untuk mengemudikan New Horizon saat melakukan terbang lintas. Kalau tidak, keberadaan satelit ini bisa membahayakan wahana New Horizon juga.
New Horizon akan melakukan perjalanan ke Pluto dan ia akan bergerak melintasi planet kerdil ini dalam kecepatan 48200 km per jam. Dengan kecepatan seperti ini tabrakan dengan puing – puing kecil di orbit tentunya akan menghancurkan wahana tersebut. Karena itulah para astronom menggunakan penglihatan Hubble untuk melihat potensi bahaya bagi New Horizon.  Hasil pengamatan Hubble yang melihat keberadaan obyek-obyek kecil disekeliling Pluto akan membantu tim New Horizon untuk merancang rute yang aman bagi perjalanan wahana tersebut.
Tapi ada pertanyaan lain yang juga muncul. Kalau Pluto bukan planet kenapa dia punya banyak satelit pengiring? Apakah keberadaan satelit ke-5 akan membawa Pluto jadi planet lagi?
Sayangnya harapan itu tidak akan tercapai. Pluto akan tetap menjadi planet kerdil dan tentu saja setiap obyek di luar angkasa bisa memiliki pengiring yang mengorbit dirinya. Dan  jika massa Pluto beserta seluruh satelitnya digabungkan, total massanya masih lebih kecil dari Eris dan satelitnya. Bahkan diperkirakan masih akan ada satelit kecil lainnya yang juga bergerak mengelilingi planet kerdil yang satu ini.

Sumber : langitselatan.com


Hubble Menangkap Nafas Terakhir Dari Bintang Yang Sekarat

Teleskop Antariksa Hubble telah menangkap apa yang tampak seperti kornea manusia saat menatap kita dari kosmos, namun penampakan tersebut sesungguhnya adalah salah satu 'napas' terakhir dari bintang jauh.
Cincin di sekitar 'gelembung' inti pembakaran gas meledak dari sebuah bintang sekarat yang sangat jelas terlihat saat intinya mulai terbakar habis.
Bintang Camelopardis mendekati akhir hidupnya - namun nampak begitu jauh yang biasanya muncul sebagai piksel tunggal dalam gambar seukuran ini.
Cerahnya kulit gas yang meletus dari intinya menyebabkan sensor Hubble menangkap gambar ini secara spectactular.
Camelopardalis atau U Cam adalah bintang yang telah mendekati akhir hidupnya. Sebagai bintang rendah bahan bakar, mereka menjadi tidak stabil. Setiap beberapa ribu tahun, U Cam mengeluarkan batuk berbentuk bola gas.
Gas yang dikeluarkan pada letusan terbaru bintang ini jelas terlihat dalam foto sebagai gelembung gas samar di sekitar bintang.
U Cam adalah contoh dari sebuah bintang karbon, jenis bintang langka dengan atmosfer yang kandungan karbonnya melebihi oksigen. Karena gravitasi permukaan yang rendah, biasanya sebanyak setengah dari total massa dari sebuah bintang karbon dapat hilang oleh hempasan angin bintang yang sangat kuat.
Terletak di konstelasi Camelopardalis, dekat Kutub Utara Antariksa, U Cam sendiri adalah jauh lebih kecil dari yang terlihat dalam gambar Hubble.
Bahkan, bintang itu akan dengan mudah menyesuaikan piksel tunggal di tengah gambar. Kecerahannya, cukup memenuhi standar untuk reseptor kamera, sehingga membuat bintang terlihat jauh lebih besar dari sebenarnya.

Kulit lapisan gas, yang kedua jauh lebih besar dan lebih redup dari bintang induknya, sehingga terlihat detail dalam potret Hubble. Fenomena ini sering tidak beraturan dan tidak stabil, tapi lapisan kulit gas yang dikeluarkan U Cam hampir bulat sempurna.
 
Sumber : erabaru.net


Anjing Lahirkan Seekor Kucing

 Seorang pria Korea Selatan mengklaim bahwa anjingnya melahirkan apa yang tampak seperti anak kucing,Yonhap News melaporkan Rabu (18/7).
Jeong Pyong-bong (63) dari Provinsi Jeolla Selatan, mengatakan bahwa anjingnya melahirkan apa yang terlihat seperti anak kucing. Tak hanya bentuk, suaranya pun mirip bayi kucing.
"Sulit dipercaya," kata Jeong. "Orang-orang dari seluruh kota datang setelah mendengar berita itu."
Ia mengatakan, induk anjing tampaknya telah hamil sejak Mei lalu. Sang jantan tak diketahuinya, karena anjing ini dibiarkan bebas.

Namun, para ahli mengatakan, secara teori mustahil bagi seekor anjing untuk melahirkan seekor kucing.
"Jumlah dan sifat kromosom pada anjing dan kucing sama sekali berbeda. Ada kemungkinan bahwa anak anjing itu adalah anjing yang terlihat seperti anak kucing," kata Son Chang-ho dari Fakultas Kedokteran Hewan Chonnam National University, kepada Herald.
Ini bukan pertama kalinya di dunia hewan.
 
Pernyataan serupa tentang anjing melahirkan kucing juga pernah terjadi di China beberapa tahun lalu, sementara enam tahun lalu di Brazil ada yang mengklaim bahwa kucing melahirkan dua ekor anjing.

Sumber : erabaru.net